April 04, 2011

Uang Kembalian Berbuntut


Rebutan Uang Kembalian
Karena terlalu sibuk melayani pembeli, penjual bakmi di Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, tak sempat mengirim pesanan seorang ibu. Jarak antara tempat penjual bakmi mangkal dan pemberi order hanya sekitar 100 meter. Kebetulan ketika pesanan selesai dimasak, seorang anggota satpam setempat lewat. Kepada si petugas satpam, penjual bakmi kemudian minta tolong untuk mengantarkan bakmi kepada si ibu pemesan.

Agar tidak bolak-balik, penjual bakmi langsung membekali diri dengan uang kembalian sebesar Rp 43.000 mengingat ibu pemesan bakmi biasanya (hari-hari sebelumnya) membayar dengan uang besaran Rp 50.000.

Hari itu ternyata si ibu membayar dengan uang pecahan Rp 10.000. Jadi, jika harga bakmi ”hanya” Rp 7.000, uang kembalian cuma Rp 3.000. Uang kembalian itulah yang diserahkan kepada si petugas satpam oleh si ibu begitu si petugas satpam menyerahkan bungkusan bakmi.

”Uang kembalian boleh kamu ambil...,” tutur si ibu ramah kepada si petugas satpam.

Merasa tugasnya selesai, si petugas satpam ngeloyor pergi. Ia lalu melapor ke pemberi tugas. ”Bakmi sudah saya serahkan kepada si ibu disertai ucapan terima kasih dan diimbuhi kalimat uang kembalian untuk saya...,” kata si petugas satpam.

Mendengar kalimat ini, si penjual bakmi kaget.



”Lha mana uang kembalian dari saya yang Rp 43.000?” kata tukang bakmi.

”Pokoknya si ibu bilang uang kembalian untuk saya. Artinya seberapa pun besarnya adalah hak saya...,” tegas si petugas satpam.

Saling ngotot di tengah malam itu tak memperoleh titik temu. Si petugas satpam tetap pada argumentasinya, uang kembalian adalah ”haknya”. Sedangkan penjual bakmi mencoba menerangkan bahwa yang menjadi hak si petugas satpam adalah uang Rp 3.000 (hasil pengurangan harga bakmi dengan uang Rp 10.000).

”Tadi Anda tidak bilang begitu. Anda hanya mengatakan, uang kembaliannya Rp 43.000. Jadi, jika si ibu bilang uang kembalian boleh kamu ambil, ya itu menjadi hak saya,” ungkap si petugas satpam dengan nada keras.

Komandan satpam didatangkan, demikian pula rekan-rekan petugas satpam lainnya yang malam itu berdinas. Mereka mencoba ikut mengurai masalah. Namun, si petugas satpam tetap pada argumentasi semula. Karena penjual bakmi mencoba menjaga harmonisasi hubungan antarsesama manusia, ia pun merelakan uang Rp 43.000 masuk saku si petugas satpam. Ia hanya bisa ngedumel....

”Menjual bakmi semalam hanya untung Rp 150.000. Kini sepertiganya melayang,” kata penjual bakmi.

18 Comments:

satpamnya pura2 bego, pdhl orng nyari duit tu susah :(

Semoga kita bisa belajar berkomunikasi dengan baik. Juga coba juga dengan merasakan dengan hati yang jernih tak hanya berpikir dengan tenang.

weleh, saking sibuknya ya sang penjualnya,

semoga dpt dijadikan pelajaran bagi semua ^^

Lihat aja tuh satpam. Ntar juga dia apes trus rugi 2 kali 43.000.

mantap jg nih...nice info gan..jangan lupa komentar balik di blogku ya sobat

Enak di satpam gk enak di penjual bakmi..,
Nice posting sob....

Whoa..
Pendapatanx Buanyak..
cObain ach..
Xixixixi

kalau begitu lebih baik sabar dsan ikhlas, nantinya juga dapet yg lebih

itu mah Satpamnya yang licik kali yah ...

dasar satpamnya aja pengen uang tuh ya...

itulah akibatnya kalau bertindak dulu sebelum berpikir...seharusnya berpikir dulu baru bertindak...ceroboh tuh sipenjual bakmie...

pengalaman untuk sesama...
salam damai dari ambon..semoga kabar sehat selalu

semoga kita bisa menjadi lebih teliti lagi dlm bertindak

seharusnya menjadi si satpam yang baik adalah menyerahkan aja uang yang 40rb.. dan uang yang 3rb di kantongin aja :D hihihi.

he he...menghibur mas artikelnya. bagus nih...sampai saya baca runtut, tapi asik bisa ketawa.sukses ya

Untungnya penjual bakminya penyabar.. :) tp bodohnya si satpam itu dia gak sadar klau dia akan mnumbuhkan "daging yang haram" di tubuhnya.

Hati2 dalam penggunaan kalimat. Secara tata bahasa Satpam tentulah benar, secara hati nurani Satpam (tidak bisa) dibenarkan. Salam Sukses Selalu

Ini cerita nyata atau cuma fiksi belaka?

Post a Comment

"Budayakan Berkomentar Setelah Membaca"
... NO SPAM...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

 
Back to Top