June 30, 2013

Blog Baruuu!

Setelah sekian lama ga nge-blog, akhirnya saya bikin blog baru dengan aliran atau tema yang baru yaitu Electronics Engineering. Blog itu adalah http://amarnotes.wordpress.com/. Rencananya sih blog baru tersebut akan berisi hasil belajar saya di teknik elektro selama 3 tahun ini.

Semoga bisa konsisten seperti dulu untuk menulis walaupun sekarang sudah mulai tingkat akhir dan pasti kuliah amat sangat sibuk.
Semoga blog baru tersebut bisa memberikan sedikit ilmu untuk kawan-kawan semua.


Salam, abdoel

November 28, 2012

Fakta Unik tentang Bahasa Inggris

Ada beberapa fakta unik tentang bahasa Inggris yang mungkin belum diketahui anda, antara lain adalah :

1. Stewardesses adalah kata terpanjang yang dapat diketik di keyboard hanya dengan menggunakan tangan kiri Anda. Sedangkan untuk tangan kanan, lollipop adalah yang terpanjang.

2. Tidak ada kata dalam bahasa Inggris yang bersajak/berima dengan month, orange, silver, purple, angst dan scalp.

3. Dreamt adalah satu-satunya kata bahasa Inggris yang berakhir dengan huruf ‘mt’.

4. Kalimat The quick brown fox jumps over the lazy dog menggunakan setiap huruf yang ada dalam abjad.

5. Kata racecar, kayak dan level dapat dibaca bolak-balik dari kiri ke kanan ataupun dari kanan ke kiri.

6. Hanya ada empat kata dalam bahasa Inggris yang berakhir dengan suku kata ‘dous’, yaitu: tremendous, horrendous, stupendous dan hazardous.

7. Ada dua kata dalam bahasa Inggris yang menggunakan kelima huruf hidup secara berurutan (a, e, i, o, u), yaitu: abstemious dan facetious.

8. Typewriter adalah kata terpanjang yang dapat diketik menggunakan huruf-huruf yang terdapat pada satu baris tombol keyboard (baris QWERTY).

9. Huruf yang paling sering dipakai dalam bahasa Inggris adalah huruf ‘e’. Ini merupakan fakta baik dalam penggunaan bahasa Inggris secara umum, dalam karya fiksi dan non-fiksi, jurnalisme, kitab suci dan bahkan kode Morse!

10. Untuk huruf konsonan, huruf yang paling sering dipakai adalah huruf ‘t’.

11. Huruf yang paling sedikit digunakan dalam bahasa Inggris adalah ‘q’ – bukan ‘z’.

12. Lima huruf yang paling sering muncul sebagai huruf pertama dalam kata bahasa Inggris – secara berurutan – adalah ‘t’, ‘o’, ‘a’, ‘w’ dan ‘b’.

13. Hampir setengah dari seluruh kata bahasa Inggris diakhiri oleh huruf ‘e’, ‘t’, ‘d’ dan ‘s’.

14. The adalah kata yang paling sering digunakan dalam bahasa Inggris. Bila Anda tidak percaya, cobalah berbicara dalam bahasa Inggris standar yang benar selama 5 menit tanpa menggunakan kata ‘the’.

May 20, 2011

Puisi Terakhir untuk Tami

Karena dirimu, aku tahu, bahwa dicintai itu tidak lebih baik dari mencintai. Bahkan kita belum sempat bertemu. ya? Padahal, antara Musi dan Batanghari sesungguhnya masih satu jiwa. Mungkin karena itu pula, perkenalan kita yang singkat, kata-kata yang serba terbatas, dan senyum yang belum kunjung tertangkap oleh retina itu bukanlah penghalang bagi hati kita untuk saling mendekat. "Bisakah kita kehilangan tanpa pernah memiliki, Di?" "Tergantung sejauh mana pemahaman kita tentang kepemilikan, Mi." "Apa kamu siap memiliki kehilangan?"

Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu. Aku hanya paham bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan hilang. Siap atau tidak siap, kita harus menerimanya.

***

Belakangan ini aku disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Pak Yovie mendaulatku untuk membacakan monolog di sebuah acara di Pangalengan. Ya, baru saja aku lulus kuliah dan menjalani hari-hari pengabdianku di sebuah instansi di bawah Kementerian Keuangan.

Sebenarnya aku tidak suka udara dingin. Udara dingin pernah membuatku menyerah menempuh pendidikan di ITB. Saat itu hidungku hampir selalu berdarah-darah karena pembuluh darah yang rapuh—tak kuat udara dingin. Dan besok aku harus pergi ke sana lagi. Dua ketakutan lahir di dadaku. Pertama, karena udara dingin itu. Kedua, karena kenangan-kenangan di masa lalu yang segera menyergapku begitu aku menjejakkan kaki di Bumi Parahyangan itu.

"Hati-hati, Di."

Kau berkata seakan-akan aku akan menghilang selamanya. Memang, di acara itu juga akan diadakan arung jeram. Siapapun yang lengah bisa saja terpental dari perahu, menumbur batu, pingsan, lalu terbawa arus ke kematian. Tetapi, tentu aku tidak ingin berpikir macam-macam. Aku percaya pada standar keamanan yang diterapkan.

Hal kedua, entahlah, aku juga merasa kau mencintaiku. Sementara aku belum siap mencintaimu. Kau sendiri yang paham, betapa luka telah akrab dengan dadaku. Segala cinta yang pernah mampir tiba-tiba berlenyapan satu per satu dengan cara yang kadang tidak bisa kuterima dengan logika. Katakanlah pacar pertamaku yang mata duitan itu, pacar keduaku yang memutuskan menikah dengan orang lain tanpa memberikan alasan yang dapat kuterima, dan terakhir Si Dokter Gigi yang menyerah karena mengetahui pola mutasi di tempat bekerjaku yang baru. Hanya kau, yang berani meyakinkan aku, bahwa bagaimanapun aku, kau akan tetap di sampingku.

***

Kau takut kecoa. Aku takut cacing. Kau suka kucing. Aku suka kepiting. Dahimu bekernyit, "Apa bagusnya kepiting?" "Apa bagusnya kucing?" "Kucing itu hewan yang lucu dan manja." "Kepiting itu jalannya miring." "Semua orang juga tahu kepiting jalannya miring." "Kepiting punya capit." "Semua orang juga tahu kepiting punya capit." "Tapi orang-orang tidak tahu kalau kau malu, mukamu akan seperti kepiting rebus."

Kau diam. Dan pasti memerah. Aku memang belum pernah melihat wajahmu. Tapi aku yakin jenis kulitmu yang putih itu akan mudah memerah kalau terkena panas dan menahan malu. "Di...." "Ya?" "Bisakah kita kehilangan tanpa pernah memiliki?"

Giliran aku yang diam. Kau juga diam di seberang sana. Perlahan, udara dingin di Kemayoran mengepung tulang-tulangku. “Di, aku mencintaimu....” lanjutmu pelan dan langsung menutup telepon setelahnya.

***

Aku sempat beranggapan bahwa perempuan-perempuan yang mencintaiku akan berakhir dengan airmata. Hal ini tentu bukan tidak beralasan. Penyair seperti aku cenderung memilih kesunyian sebagai tempat pelepasan. Katarsis. Dan pada akhirnya, mereka merasa diduakan. Padahal, aku tentu masih mencintainya. Masih mencintai setiap kenangan dan waktu yang pernah kubagi. Aku hanya memiliki duniaku sendiri. Aku hanya mencintai kesunyianku sendiri—selain cintaku pada kecintaan yang dipersembahkan untukku. “Luka adalah lelucon yang datang tiba-tiba.”

Tiba-tiba di perteleponan kita yang kesekian, kau mengatakan hal itu. Sepertinya selama ini aku abai pada perasaanmu. Sepertinya selama ini aku hanya peduli pada kelukaanku sendiri. Dan hari itu aku menyadari bahwa luka bukan hanya milikku. Tetapi juga milikmu. Dan aku begitu ingin belajar kepadamu tentang cara menghadapi kelukaan yang sedemikian akut. “Hidup yang lucu, atau kita yang lucu?” “Atau Tuhan yang lucu?” Aku tertawa. Kau tertawa. Dan kita saling menertawakan diri kita masing-masing. “Kenapa kau mencintaiku, Mi?” “Karena itu kamu....” “Karena aku?” “Jika orang lain, aku tidak akan mungkin mencintai.” “Apa istimewanya aku?” “Apa butuh keistimewaan untuk mencintaimu, Di?” Kau begitu sering membuat aku terdiam dengan pertanyaan dan pernyataanmu. “Kau tidak tahu masa laluku?” “Apa kau tahu masa laluku?” “Tidak.” “Aku tidak peduli dengan segala hal yang pernah kau lakukan di masa lalumu, Di....” “Aku tidak berani mencintaimu, Mi.” “Aku tidak memaksa kamu mencintaiku. Tapi setidaknya biarkan aku mencintaimu, ya?”

***

Mungkin seminggu lagi aku akan pulang ke Palembang. Tetapi, kau bilang seminggu lagi kau akan kembali ke Bandung—sebab telah habis masa liburmu. Jarak antara Palembang—Jambi sama dengan jarak antara Jakarta—Bandung. Tetapi jarak di antara kita sesungguhnya jauh lebih dekat dari sepasang bola mata yang tak kunjung saling bisa membaca.

Setelah buku Kumpulan Cerpen “Dongeng Afrizal” ku terbit, aku memang merencanakan akan melakukan tur ke sejumlah kota untuk bedah buku. Palembang, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan, sudah barang tentu menjadi tujuan wajib. Sebentar lagi juga ulang tahunmu, mungkin menemuimu nanti akan menjadi sebuah hadiah kejutan terindah.

Akan tetapi, kesibukan-kesibukan yang makin padat, antara pekerjaanku sebagai CPNS di Ditjen Perbendaharaan yang dimix dengan rutinitasku sebagai penulis (dan penyair) membuat kita jarang sekali berkomunikasi. Terakhir kali kau mengirim SMS untuk mengirimkan bukuku itu ke rumahmu. Aku sempat mencandaimu, ingin ditambahkan apa di buku tersebut—semisal tanda tangan, cap bibir, atau foto-fotoku. Tetapi, SMS yang terlewat malam itu tidak kau balas. Kau pasti sudah tertidur.

Setelah itu, aku tidak tahu kenapa aku lupa menanyakan kabarmu. Dan heran pula diriku mengetahui kau tidak sekali pun megirim atau menanyakan kabarku. Mungkin kau sedang sangat sibuk—sepertiku.

Akhirnya, karena aku lamat-lamat merasakan rindu mengalir di benakku—memikirkanmu, aku mengirim SMS kepadamu:

Tami, apakah kirimanku sudah sampai ke hatimu? Tidak dibalas. Mungkin kau sedang tidak punya pulsa.

***

Beberapa jam kemudian, kau menghubungiku. Namun bukan suaramu. “Nak Pringadi, ya?” Suara seorang perempuan yang lebih tua terdengar bersahaja. “Saya ibunya Tami.” Lanjutnya mengenalkan diri. Mendadak hatiku gelisah. “Iya, Bu, saya Pringadi, Taminya ke mana, Bu?” “Bukunya sudah sampai. Tadi kami baca. Tidak salah Tami mengagumimu dan banyak terinspirasi dari tulisan-tulisan Nak Pringadi.” Aku diam. “Kalau Tami ada salah-salah kata selama berteman dengan Nak Pringadi, mohon maafkan dia ya?” “Tami ke mana, Bu?” aku mengulang pertanyaanku. Dadaku tiba-tiba sesak. “Tami belum sempat membaca bukunya. Tami keburu dipanggil Allah. Beberapa hari lalu, dia masuk rumah sakit. Demam berdarah. Dia....” “Jangan dilanjurkan, Bu!” aku memotongnya. “Ini pasti bercanda, kan?” “Ini kenyataan, Nak.” “Tapi baru beberapa hari lalu kami berkomunikasi, Bu. Kematian tidak mungkin datang secepat ini pada perempuan sebaik dia!”

Aku tidak mendengarkan perkataan selanjutnya dari ibunya Tami. Aku mendadak lemas. Terisak. Dan membiarkan suara di sana berbicara sendiri.

Kubuka laptopku dan kusaksikan profil facebooknya. Segala kenangan tentangnya mendadak bermunculan dan berkelindan di mataku. Sebuah kalimat yang sering ia utarakan itu mengiang-ngiang di benakku.

Bisakah kita kehilangan tanpa pernah memiliki, Di? Andai kita berpisah, pastilah karena kematian telah mengisi rongga dadaku. Sebab di langit mana pun kita berada, bulan masih tetap sama, dan kalender-kalender yang bertanggalan, seperti helai dedaunan--- terlepas begitu saja dari ranting. Perjalanan seringkali tampak asing. Jejak sepatu kaca, yang sengaja kau tinggalkan, kerap tak terbaca. Dan gigil palem, menawarkan kesepian yang lebih buruk dari cuaca. Aku tahu, aku tahu keberadaanku yang jauh dari sempurna bikin matamu sakit, tetapi hatiku yang tak mengenal rasa sakit mencoba tabah melebihi semua gegabah yang sering kulakukan. Andai kita berpisah, pastilah karena bulan di langit sudah tak sama. Angin malam, gerak bayangan di remang taman, dan sebuah lampu di tengah kolam melengkapi musim; Aku tergeletak. dadaku retak.

Karena dirimu, aku tahu, bahwa dicintai itu tidak lebih baik dari mencintai...

Oleh : Pringadi Abdi Surya (http://reinvandiritto.blogspot.com/)
Sumber : Kompas

May 08, 2011

8 Ilusi Optik yang Sangat Menakjubkan


Impossible Triangle
Ilusi optis adalah ilusi yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. Ada anggapan konvensional bahwa ada ilusi yang bersifat fisiologis dan ada ilusi yang bersifat kognitif.

Ilusi Fisiologis, seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan.

Ilusi Kognitif diasumsikan terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar. Pada umumnya ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, ilusi paradoks dan ilusi fiksional.

a. Pada ilusi ambigu, gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan. Contohnya adalah: kubus Necker dan vas Rubin.

b. Pada ilusi distorsi, terdapat distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lurus lengkung). Contohnya adalah: ilusi dinding kafe dan ilusi Mueller -Lyer.

c. Ilusi paradoks disebabkan karena objek yang paradoksikal atau tidak mungkin, misalnya pada segitiga Penrose atau 'tangga yang mustahil', seperti misalnya terlihat pada karya seni grafis M C Escher, berjudul "Naik dan Turun" serta "Air Terjun".

d. Ilusi fiksional didefinisikan sebagai persepsi terhadap objek yang sama sekali berbeda bagi seseorang tapi bukan bagi orang lain, seperti disebabkan karena schizoprenia atau halusinogen. Ini lebih tepatnya disebut dengan halusinasi.

Berikut ini 8 ilusi optis yang menakjubkan :


Seolah-olah daunnya bergerak bergelombang. (Flowing Leaves)


Kalau dilihat agak lama seolah-olah pinggir pusarannya bergerak. (Pulsing Vortex)




Seolah-olah yg warna biru bergerak ke kanan dan ke kiri. (Waves)


Seolah-olah yg ditengah muncul keluar. (Hypnosis)


Seolah-olah gambarnya bergerak menjauhi pusatnya. (Kaleidoscopes)


Seolah-olah gambar ini memiliki kedalaman yg berbeda. (Wormhole)


Kalau liat di tengahnya, di sekitarnya akan nampak seolah-olah lingkaran luarnya berputar. (Bull's Eye)


Seolah-olah gambarnya selalu bergerak. (Starbursts)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

 
Back to Top